Oleh Masiah, S.Ag., M.Pd (Guru Akidah Akhlak MTsN 1 Musi Banyuasin)
Bergesernya nilai akhlak dalam diri siswa yang ditunjukkan dalam berbagai kejadian telah menunjukkan perlunya perhatian khusus dan perlu dikembalikan pada tatanan seharusnya. Melalui pendidikan Islam dapat menjadikan siswa memiliki akhlak mulia dan kepribadian. Melalui peran guru saat berada di lingkungan sekolah dan masyarakat diharapkan dapat memberikan dampak terhadap perkembangan kepribadian siswa.
Kepribadian siswa merupakan ciri atau karakteristik dari diri seseorang (siswa) yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kepribadian bukan sesuatu yang statis, tetapi dapat berubah-ubah dan berkembang, artinya bahwa kepribadian siswa itu masih dapat dibentuk sesuai dengan kepribadian yang diinginkan. Guru harus mencerminkan dan memberi contoh perilaku yang berakhlak, sebagaimana menurut Rahman (2009: 12), bahwa diantara tugas guru itu adalah menularkan penghayatan akhlak atau kepribadiannya kepada siswa, sehingga siswa mengikuti perilaku guru dan panutan dalam melakukan perbuatan. Karena guru mempunyai peran sangat penting di dalam upaya pembinaan akhlak siswa..
Mukhtar dalam Khafshohtul (2008), bahwa peran guru akidah akhlak terhadap kepribadian siswa lebih di fokuskan pada tiga peran, yaitu: peran pendidik sebagai pembimbing, peran pendidik sebagai model (contoh) dan teladan dan peran pendidik sebagai penasehat. Guru sebagai model artinya seseorang yang dapat memberikan contoh, acuan, ragam dalam perilakunya sehingga menjadi contoh orang lain dalam berperilaku. Menurut KBBI (2005: 1160), teladan artinya sesuatu yang patut untuk ditiru atau baik untuk dicontoh baik berupa sifat, perbuatan dan perkataan.
Sejalan dengan pengertian tersebut menurut Ali dalam Rahman (2009: 28), bahwa keteladanan dapat disamakan dengan kata model (uswah), panutan (quduah), contoh (mitsal). Helmawati (2016: 152), menyatakan bahwa Indikator guru yang baik yang dapat dijadikan model atau teladan dapat dilihat dari aspek sifat, perkataan dan perbuatan. Sedangkan kepribadian merupakan gambaran secara umum dari perilaku sesorang individu yang bersifat khas yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
Purwanto (2014: 20), mengemukakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain: Faktor biologis, sosial, kebudayaan (nilai-nilai, adat dan tradisi, pengetahuan dan keterampilan, bahasa, dan milik kebendaan). Syamsu (2016: 128), mengemukakan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor hereditas (pembawaan) dan faktor lingkungan (fisik, sosial, kebudayaan dan spiritual).
Hal serupa dikemukakan oleh Hamdi (2016: 13), menurut Hamdi, ada dua faktor utama yang mempengaruhi kepribadian seseorang yaitu: hereditas dan lingkungan. Adapun Hasibuan (2001) menjelaskan bahwa aspek yang dapat dinilai dari kepribadian adalah sebagai berikut: kedisiplinan, kebersihan, sopan santun, hubungan social, kejujuran, kegiatan ibadah sehari-hari, tanggung jawab, percaya diri, kompettitif dan kesehatan.
Guru memegang peranan penting dalam pendidikan dasar. Tak terlepas juga bagi guru yang mengajar pada sekolah berbasis agama, seperti Madrasah Tsanawiyah.Peranan penting tersebut yakni guru dituntut untuk dapat menciptakan dan menumbuhkan manusia yang dapat membangun dirinya sendiri dan memiliki akhlak serta kepribadian mulia sesuai dengan teori yang dikemukakan Shaleh (2005: 27). Terlebih pada sekolah yang berbasis agama Islam dengan jumlah jam pelajaran agama yang lebih banyak dibanding dengan sekolah umum (SMP) lebih memungkinkan akhlak dan kepribadian mulia akan mudah muncul melalui pembiasaan lingkungan agamis.
Pembentukan kepribadian yang dilakukan guru terhadap siswa dalam lingkungan sekolah tidak dapat dilakukan sepenuhnya melalui kegiatan penyampaian teori-teori didalam kelas. Akan tetapi melalui tahapan yang panjang dan melalui kegiatan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan komponen sekolah demi tercapainya akhlak dan kepribadian yang mulia. Salah satunya yakni bertindak disiplin dalam berpakaian, datang tepat waktu melaksanakan tugas, dan tidak pernah terlambat sesuai dengan tata tertib, bertindak santun dalam bersikap dan berbicara dengan guru/pegawai dan siswa lain, sopan dalam berpakaian, membiasakan melaksanakan budaya senyum, sapa dan salam.
Kegiatan tersebut tepat dilakukan dalam pembelajaran akidah akhlak yang membentuk kepribadian siswa yang mengajarkan masalah batin. Karena dengan akidah akhlak merupakan ilmu yang dapat membentuk kepribadian siswa, Drajat (2011: 70).
Purwanto (2014: 20) menyebutkan salah satu faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah faktor sosial, yakni masayarakat, tanpa terkecuali sekolah. Siswa melakukan hubungan sosial selama berada di sekolah baik dengan sesama teman, siswa dengan guru dan hubungan sosial lainnya.Hal tersebut dapat membentuk suatu hubungan yang membentuk kepribadian siswa.
Tugas dan peran guru sebagai pembimbing yakni guru tidak pernah memandang siswa sebagai pribadi yang dihormati, dan tidak memandang rendah siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran guru sebagai pembimbing sudah berjalan dengan baik, guru tidak berkuasa penuh dalam artian tidak ada orang yang harus dihormati selain guru. Siswa mendapatkan perlakuan yang sama sehingga siswa merasa tenang dan nyaman dengan demikian siswa juga melakukan hal yang sama baik dengan sesama teman maupun dengan guru, pembiasaan ini selanjutnya membentuk kepibadian untuk saling menghormati setiap orang.
Selanjutnya Peran guru sebagai pembimbing dalam pembentukan kepribadian siswa yakni guru selalu membimbing siswa dalam kegiatan keagamaan seperti sholat dhuha berjamaah dan shalat zuhur berjamaah, dengan selalu mendekatkan diri pada kegiatan keagamaan diharapkan terbentuk generasi islami yang mengedepankan nilai-nilai agama dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari
Dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak sejak usia dini, Helmawati (2016: 178). Guru menunjukkan sifat ramah pada setiap pribadi baik antar rekan kerja, masyarakat, lingkungan keluarga. Dengan guru memiliki pribadi yang baik maka siswa akan tertarik sendiri untuk menjadikan guru sebagai idolanya, dengan demikian siswa akan mengikuti dan menjalankan apa yang diperintahkan idolanya tersebut.
Model dan teladan guru dalam sifat yang lain yaitu guru mampu menjadi pribadi yang selalu dirindukan oleh siswa, dengan demikian siswa akan mengikuti dan melaksanakan apa yang diperlakukan gurunya, dan diharapkan jika siswa memiliki kepribadian tersebut maka siswa tidak akan mudah dan dapat beradaptasi pada lingkungan sekitarnya ketika sudah terjun dalam lingkungan masyarakat.
Model dan teladan dalam perkataan yaitu guru harus memberikan contoh dan model dalam setiap perkataannya. Berbicara dengan perkataan sopan, baik, dan tidak menyakiti perasaan lawan bicara. Keteladanan pada indikator ini akan lebih cepat diserap oleh siswa karena tercermin langsung dalam perkataan guru.
Model dan teladan dalam perbuatan antara lain menunjukkan penampilan sesuai dengan kaidah-kaidah yang di ajarkan dalam Islam. Guru memberikan contoh baik ketika berada di dalam kelas, di lingkungan sekolah mapun di lingkungan sosial masyarakat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan kaidah Islam dan memberikan contoh baik bagi perkembangan dalam pembentukan kepribadian peserta didik.
”Jadilah guru yang ketiadaannya dicari, kehadirannya dirindu”